Sumber: Ahmadhumaizi.blogspot
: - Artikel ini dipetik dari kitab Manâzilul âkhirah karya Syeikh Abbas Al-Qumi. Semoga ianya menjadi panduan keinsafan untuk kita semua. Insya Allah.
Alam Barzakh adalah satu perjalanan Akhirat ketiga yang menakutkan. Tentang alam Barzakh banyak disebutkan di dalam Al-Qur’an dan hadis, tersurat dan tersirat. Di dalam Al-Qur’an Allah swt berfirman:
وَمِنْ وَرائِهِمْ بَرْزَخٌ إلى يَوْمِ يُبْعَثُون
“Dan di belakang mereka ada Barzakh sampai hari kiamat.” (Al-Mukminun: 100).
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata: “Demi Allah, yang kutakutkan atasmu adalah alam Barzakh.” Sahabatnya bertanya: Apakah Barzakh itu? Beliau menjawab: “Alam kubur sejak kematian hingga hari kiamat.” (Al-Bihar 6: 267)
Panggilan Sedih Penghuni Kubur
Di dalam kitabnya Lubb al-Lubab Ar-Rawandi mengatakan:
Dalam suatu riwayat dikatakan bahwa orang-orang yang telah meninggal, mereka datang setiap Jumaat pada bulan Ramadhan. Mereka berdiri dan masing-masing mereka memanggil dengan suara sedih dan menangis:
“Wahai keluargaku, wahai anak-anakku, wahai kerabatku, sayangi aku dengan sesuatu semoga Allah menyangimu. Ingatlah kami, jangan lupakan kami dengan doa. Sayangi kami dan keterasingan kami. Kami telah diabadikan di penjara yang sempit, kesedihan dan penderitaan yang lama masanya. Maka sayangi kami, jangan bakhil kepada kami dengan doa dan sedekah untuk kami. Semoga Allah menyayangi kita sebelum kalian seperti kami.
Alangkah sedihnya kami! Kami sebenarnya mampu sebagaimana kalian mampu.
Wahai hamba-hamba Allah, dengarlah bicara kami, jangan lupakan kami, kerana kalian pasti akan mengetahui dan merasakan besok. Infakkan apa yang kalian miliki. Dahulu kami juga miliki, tetapi kami tidak menginfakkan di jalan ketaatan kepada Allah, kami menahannya di jalan kebenaran, sehingga kurnia itu menjadi malapetaka bagi kami dan bermanfaat bagi orang lain. Sayangi kami walaupun dengan satu dirham, sepotong roti atau segelas minuman.”
Kemudian mereka memanggil: “Cepatlah kalian menangisi diri kalian, menangisi segala yang tidak bermanfaat bagi kalian sebagaimana kami menangisi diri kami dan segala yang tidak bermanfaat bagi kami. Bersungguh-sungguhlah kalian sebelum kalian seperti kami.”
Alangkah sedihnya kami! Kami sebenarnya mampu sebagaimana kalian mampu.
Wahai hamba-hamba Allah, dengarlah bicara kami, jangan lupakan kami, kerana kalian pasti akan mengetahui dan merasakan besok. Infakkan apa yang kalian miliki. Dahulu kami juga miliki, tetapi kami tidak menginfakkan di jalan ketaatan kepada Allah, kami menahannya di jalan kebenaran, sehingga kurnia itu menjadi malapetaka bagi kami dan bermanfaat bagi orang lain. Sayangi kami walaupun dengan satu dirham, sepotong roti atau segelas minuman.”
Kemudian mereka memanggil: “Cepatlah kalian menangisi diri kalian, menangisi segala yang tidak bermanfaat bagi kalian sebagaimana kami menangisi diri kami dan segala yang tidak bermanfaat bagi kami. Bersungguh-sungguhlah kalian sebelum kalian seperti kami.”
(Mustadrak Al-Wasail 2: 162, bab 39, hadis ke 697)
Pentingnya Sedekah dan Doa untuk Ahli Kubur
Dalam kitab Jami’ul Akhbar disebutkan, sebagian sahabat berkata bahwa Rasulullah saw bersabda: “Berikan hadiah untuk keluargamu yang telah meninggal.” Kami bertanya: Ya Rasulallah, apa hadiah untuk orang-orang yang telah meninggal? Rasulullah saw menjawab: “Sedekah dan doa.” Selanjutnya Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya setiap hari Jum’at arwah orang-orang yang beriman datang ke langit dunia vertikal dengan rumah mereka. Masing-masing mereka memanggil dengan suara yang sedih sambil menangis: Wahai keluargaku, wahai anak-anakku, wahai ayahku, wahai ibuku, wahai keluargaku, sayangi kami semoga Allah menyayangi kalian dengan apa yang telah dihadiahkan kepada kami. Celakalah kami, hisab (perhitungan) dibebankan pada kami, sementara yang memanfaatkan orang lain.
Mereka memanggil keluarganya: “Sayangi kami walaupun dengan satu dirham, atau sepotong roti atau sehelai pakaian. Semoga Allah memberi pakaian dari pakaian surga.”
Kemudian Nabi saw menangis, dan kami pun ikut menangis bersama Nabi saw, sehingga Nabi tidak mampu bercakap kerana banyaknya menangis. Kemudian beliau bersabda:
“Mereka adalah saudara-saudara kalian dalam agama. Mereka telah dihancurkan oleh tanah sesudah mereka memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan di dunia. Mereka memanggil dengan kata-kata celaka dan penyelasan atas diri mereka. Mereka berkata: Celakalah kami, sekiranya apa yang kami miliki kami infakkan dalam ketaatan dan keredhaan Allah, nescaya kami tidak menyusahkan kalian. Kemudian mereka kembali dengan sedih dan menyesal. Kerana itu, segeralah kamu bersedekah untuk keluarga kalian yang telah meninggal.” (Jami’ul Akhbar: 169)
“Mereka adalah saudara-saudara kalian dalam agama. Mereka telah dihancurkan oleh tanah sesudah mereka memperoleh kebahagiaan dan kenikmatan di dunia. Mereka memanggil dengan kata-kata celaka dan penyelasan atas diri mereka. Mereka berkata: Celakalah kami, sekiranya apa yang kami miliki kami infakkan dalam ketaatan dan keredhaan Allah, nescaya kami tidak menyusahkan kalian. Kemudian mereka kembali dengan sedih dan menyesal. Kerana itu, segeralah kamu bersedekah untuk keluarga kalian yang telah meninggal.” (Jami’ul Akhbar: 169)
Dalam hadis yang lain disebutkan:
“Tidaklah kamu bersedekah untuk orang yang telah meninggal, kecuali malaikat mengambilnya di puncak cahaya yang sinarnya memancar sampai ke tujuh langit, kemudian ia berdiri di tepi liang kuburnya seraya memanggil: Assalamu’alaikum wahai penghuni kubur, keluargamu memberikan hadiah ini untukmu, lalu penghuni kubur itu mengambilnya dan membawanya ke kuburnya, sehingga menjadi luaslah tempat pembaringannya.” Kemudian Imam (sa) berkata: “Ingatlah, barangsiapa yang menyayangi orang yang telah meninggal dengan sedekah, ia memiliki pahala di sisi Allah sama dengan pahala orang yang berperang di perang uhud; dan pada hari kiamat nanti ia akan mendapat naungan arasy Allah, hari tidak ada naungan kecuali naungan arasy. Dengan sedekah orang yang hidup, yang meninggal dapat diselamatkan.” (Jami’ul Akhbar: 169)
“Tidaklah kamu bersedekah untuk orang yang telah meninggal, kecuali malaikat mengambilnya di puncak cahaya yang sinarnya memancar sampai ke tujuh langit, kemudian ia berdiri di tepi liang kuburnya seraya memanggil: Assalamu’alaikum wahai penghuni kubur, keluargamu memberikan hadiah ini untukmu, lalu penghuni kubur itu mengambilnya dan membawanya ke kuburnya, sehingga menjadi luaslah tempat pembaringannya.” Kemudian Imam (sa) berkata: “Ingatlah, barangsiapa yang menyayangi orang yang telah meninggal dengan sedekah, ia memiliki pahala di sisi Allah sama dengan pahala orang yang berperang di perang uhud; dan pada hari kiamat nanti ia akan mendapat naungan arasy Allah, hari tidak ada naungan kecuali naungan arasy. Dengan sedekah orang yang hidup, yang meninggal dapat diselamatkan.” (Jami’ul Akhbar: 169)
Dalam kitabnya Zadul Ma’ad Allamah Al-Majlisi berkata: Hendaknya yang hidup tidak melupakan orang-orang yang telah meninggal, kerana mereka sangat terbatas untuk memperoleh amal yang baik. Mereka mengharap dan mengintip kebaikan dari anak-anaknya, kerabat, dan saudara-saudaranya yang beriman. Khususnya doa-doa mereka dalam solat-soat malam mereka, sesudah solat-solat fardhu, dan doa-doa mereka di kuburan-kuburan suci. Hendaknya seorang anak mendoakan ayah dan ibunya lebih banyak daripada terhadap orang lain, dan beramal kebajikan untuk mereka.
Dalam suatu hadis dikatakan: “Sungguh ada seorang hamba yang tercatat sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya ketika mereka masih hidup, kemudian keduanya meninggal, tetapi ia tidak melaksanakan apa yang mereka tinggalkan dalam agamanya dan tidak memohonkan ampunan untuk mereka, maka Allah azza wa jalla mencatatnya sebagai anak yang durhaka. Ada juga seorang hamba yang tercatat sebagai anak yang durhaka kepada kedua orang tuanya dan tidak berbakti kepada mereka ketika mereka masih hidup, tetapi setelah mereka meninggal ia melaksanakan apa yang mereka ditinggalkan dalam agamanya, dan memohonkan ampunan untuk mereka, maka Allah azza wa jalla mencatatnya sebagai anak yang berbakti.” (Al-Kafi 2: 163, hadis ke 21)
Di antara kebaikan yang terpenting bagi kedua orang tua dan seluruh kerabat yang telah meninggal adalah menunaikan perintah agama yang mereka tinggalkan saat hidupnya, melepaskan mereka dari hak-hak Allah dan mahluk-Nya, mengqadha’ apa yang mereka tinggalkan, haji dan seluruh ibadahnya, dengan cara membayar atau bersedekah.
Dalam riwayat yang shahih dikatakan bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) melakukan shalat untuk anak-anaknya setiap malam dua rakaat, dan untuk kedua orang tuanya setiap hari dua rakaat; pada rakaat yang pertama setelah Fatihah membaca surat Al-Qadar, dan rakaat kedua surat Al-Kautsat. (Al-Bihar 82: 63)
Umar bin Yazid berkata bahwa Imam Ja’far Ash-Shadiq (as) melakukan shalat untuk puteranya setiap malam dua rakaat, dan untuk orang tuanya setiap siang hari dua rakaat.” Kemudian aku bertanya kepadanya: Mengapa shalat untuk anak dilakukan di malam hari? Beliau menjawab: Karena permadani untuk anakku. (At-Tahdzib 1: 467, hadis ke 178)
Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa) berkata:
“Sesungguhnya seorang mayat yang berada dalam himpitan kubur, kemudian Allah meluaskan kuburnya dan memberikan kurnia kepadanya. Lalu dikatakan kepadanya: Kamu diringankan dari himpitan kubur kerana solat Fulan saudaramu untukmu. Kemudian ditanyakan kepada Imam Ja’far Ash-Shadiq (sa): Bolehkah solat dua rakaat itu untuk dua orang? Beliau menjawab: Boleh.
Selanjutnya beliau berkata: “Sesungguhnya seorang mayyit, ia merasakan bahagia akibat kasih sayang yang dihadiahkan kepadanya dan permohonan ampunan untuknya, sebagaimana orang yang hidup bahagia dengan hadiah yang diberikan kepadanya. (Al-Faqih 1: 117, hadis ke 554)
Rasulullah saw bersabda:
يدخل على الميت في قبره الصلاة والصوم والحجّ والصدقة والبر والدعاء ويكتب أجره للذي يفعله وللميت
“Masuklah pada mayyit di kuburnya shalat, puasa, haji, sedekah, kebajikan, dan doa; dan pahalanya dicatat untuk orang yang melakukan dan juga untuk mayyit. (A-Faqih 1: 117, hadis ke 557)
Rasulullah saw juga bersabda:
مَنْ عمل مِنَ المسلمين عن ميت عملا صالحاً اضعف له أجره ونفع الله به الميت
“Barangsiapa dari kalangan muslimin yang melakukan amal soleh untuk orang yang telah meninggal, Allah melipatgandakan pahala baginya dan dengannya memberi manfaat pada orang yang telah meninggal.” (Al-Faqih 1: 117, hadis ke 556)
Dalam suatu riwayat dikatakan: Jika seseorang bersedekah dengan diniatkan untuk orang yang telah meninggal, Allah memerintahkan kepada malaikat Jibril agar datang membawa seribu malaikat ke kuburnya, dan masing-masing malaikat membawa tempat makanan dan berkata: “Salam atasmu wahai kekasih Allah, ini hadiah dari Fulan bin Fulan untukmu.”
“Kemudian bercahayalah kuburnya, dan Allah memberikan kepadanya seribu kota di surga, mengawinkannya dengan seribu bidadari, memberinya seribu pakaian yang baru, dan menunaikan baginya seribu keinginan.” (Al-Bihar 82: 63, hadis ke 7)
No comments:
Post a Comment